BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar sebagai karakteristik
yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu
dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri
dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan
terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap
keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar
atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan panting dalam proses
pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi
lebih baik.
Guru, instruktur atau dosen
seringkali menyamakan istilah pengajaran dan pembelajaran. Padahal pengajaran
lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang
kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian,
pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Ilmu pembelajaran menaruh perhatian
pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran.
Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut diperlukan berbagai model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Yang dimaksud dengan
kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan bidang studi, kendala bidang studi,
dan karakteristik peserta didik yang berbeda memerlukan model pembelajaran yang
berbeda pula.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud pembelajaran?
2.
Bagaimana
konsep dasar pembelajaran?
3.
Bagaimana
pendekatan atau model dalam pembelajaran?
4.
Bagaimana
peran guru dalam kegiatan pembelajaran?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian pembelajaran
2.
Untuk
mengetahui konsep dasar pembelajaran?
3.
Untuk
mengetahui pendekatan atau model dalam pembelajaran?
4.
Untuk
mengetahui peran guru dalam kegiatan pembelajaran?
1.4 Manfaat
1.
Mengetahui
pengertian pembelajaran
2.
Mengetahui
konsep dasar pembelajaran
3.
Mengetahui
pendekatan atau model dalam pembelajaran
4.
Mengetahui
peran guru dalam kegiatan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Makna Belajar
Belajar adalah untuk mencari, mendapatkan
dan mengetahui ilmu. Lee Cronbach mengungkapkan bahwa belajar merupakan
perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman. Karena itu, menurutnya
sebaik-baik belajar adalah dengan mengalami sesuatu. Mengalami sesuatu yaitu
dengan mempergunakan panca inderanya mata untuk mengamati, telinga untuk
mendengar, hidung untuk mencium, lidah
untuk merasa, kulit juga untuk merasakan sesuatu sehingga diharapkan seorang
pembelajar mampu membaca, mengamati, meniru, dan kemudian mengolahnya.
Berangkat dari alur pikiran pakar di atas,
maka sesungguhnya belajar dilakukan melalui proses imajinatif dan kreatif.
Bukan semata-mata teori yang diberikan kepada pembelajar. Seabrek teori yang
dijejalkan kepada pembelajar, tidak akan mengantarkannya kearah mengalami
sesuatu. Apalagi teori-teori tersebut dimaksudkan untuk mengejar target atau
nilai tertentu. Sesungguhnya yang terpenting dari belajar adalah bukan nilai,
tetapi pengalaman yang diperoleh melalui proses imajinatif dan kreatif,
sehingga memiliki kebermaknaan bagi pembelajar.
2.2. Tujuan Belajar
Seorang
ahli psikologi bertugas menemukan fakta atau unsur-unsur pokok dari proses
belajar, mengenai hubungannya dengan dasar-dasar psikologi serta pola-pola yang
berlaku di dalam prosese itu. Seorang
ahli pendidikan lebih mengutamakan metode serta kondisi yang mempertinggi
efesiensi belajar. Belajar diajukan pada (1) pengumpulan pengetahuan, (2)
penanaman konsep dan pencekatan, (3) pembentukkan sikap dan perbuatan. Bagi
seorang behavioris, belajar pada dasarnya adalah menghubungkan sebuah respons
tertentu pada sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan. Bagi seorang
penganut teori Gestalt, hakekat belajar adalah penemuan hubungan unsur-unsur di
dalam ikatan keseluruhan.
Tujuan belajar
penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain intruksional guru merumuskan
tujuan intruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut
disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa.
Kedudukan
tujuan dalam proses mengajar
Tujuan merupakan
salah satu di antara hal pokok yang harus diketahui dan disadari betul-betul
oleh seorang guru sebelum mulai belajar. Tetapi kebanyakan tujuan pendidikan
diberikan batasan resmi secara luas dan umum. Pendidikan umum misalnya
ditentukan tujuannya secara luas dan umum di dalam undang-undang pokok pendidikan
dan pengajaran.
2.3. Teori Belajar
Pakar
teknologi pendidikan, Gagne, Briggs & Wager (1993, hlm, 3-11) menyatakan
bahwa proses seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu
sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar
terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan
melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajan atau lingkungan belajar.
Melalui inderanya, peserta didik dapat menyerapa materi secara berbeda.
Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang
dapat berlansung lancar.
Menurut
Magnesen (Dryden & Vos, 1999) belajar terjadi dengan :
1.
membaca
sebanyak 10% ,
2.
mendengar
20%,
3.
melihat
30%,
4.
melihat
dan mendengar sebanyak 50%,
5.
mengatakan
70%
6.
mengatakan
sambil mengerjakan sebanyak 90%.
Beberapa
teori tentang belajar
a. pengertian belajr menurut Teori
Behavioristik
belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum
dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun
sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak etrsebut belum dapat
mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia
belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Menurut Thomdike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Dari definisi belajar tersebut
maka menurut Thomdike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu
dapat berwujud kongkrit atau tidak kongkrit. Meskipun aliran behaviorisme
sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
mengukur tingkah laku-tingkah laku yang yang tidak dapat diamati.
Menurut Walson, seorang tokoh aliran
behavioristik yang datang sesudah Thomdike. Menurutnya belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang di maksud
harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam
diri seseorang dalam proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa
perubahanperubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak
dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati
Demikian juga dengan Edwin Guthrie,
ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus
berhubungan dengan kebutuan tau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan
oleh Clark dan Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon
cenderung hal bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus, agar hubungan antara stimulus
dan respon bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul
sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus
yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasan dan perilaku
seseorang. Namun, setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan
pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarmya, maka hukuman tidak
lagi dipentingkan dalam belajar.
b. pengertian belajar menurut teori
kognitif
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik.
Teori belajar kogitif lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
tespon. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang serimg
disebut sebagai model seseorang ditentukan oleh presepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu
situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarimya secara terpisah-pisah,
akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan imformasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
c. pengertian belajar menurut teori
Humanistik
Selain teori belajar behavioristik dan teori
kognitif, teori belajar humanistik juga penting untuk dipahami. Menurut teori
humanistik, prosees belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori
humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu
sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan
untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal.
Dalam pelaksaannya, teori humanistik
ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh
Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful Leaning” yang
juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan
asimilasi bermakna.
d. pengertian belajar menurut Teori
sibernetik
Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif harus dibandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah
dibahas sebelumnya. Menurut teori Sibernetik, belajar adalah pengolahan
informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar dari pada hadil belajar. Proses belajar memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan
berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Asumsi
lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang
ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
2.4. Faktor-faktor Psikologis Dalam
Belajar
Ada beberapa faktor psikologis dalam
belajar yang dapat memperlancar kegiatan proses belajar siswa, tanpa kehadiran
faktor-faktor psikologis, bisa saja dapat memperlambat ataupun mempersulit
siswa dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu sebagai seorang guru ataupun calon
pendidik, ada baiknya mengetahui apa saja faktor psikologis dalam belajar
tersebut, berikut ini beberapa faktor psikologis dalam belajar menurut Thomas
F. Staton:
a).Motivasi
Siswa akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Bagi seorang guru, menimbulkan minat siswa untuk belajar adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk itu, bagi seorang guru ataupun calon guru, ada baiknya belajar untuk bisa memotivasi siswa agar di dalam hati seorang peserta didik ada keinginan untuk belajar.
b).Konsentrasi
Konsentrasi adalah bagian terpenting dalam proses belajar, konsentrasi disini dimaksudkan agar perhatian peserta didik terpusat pada situasi belajar yang akan dia alami. Terkadang banyak sekali siswa yang sedang dalam proses belajar dengan pandangan menatap ke depan, tapi pikirannya tidak tahu entah kemana, di sini lah peran guru sebagai pendidik agar jeli dan bisa membuat konsentrasi siswa tertuju pada kegiatan belajar.
c).Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, belajar harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi.
d).Organisasi
Belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan
mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke
dalam suatu kesatuan pengertian. Diperlukan keterampilan untuk
mengorganisasikan stimulus seperti ide-ide dan fakta-fakta. Di sinilah
pentingnya tujuan yang jelas dalam kegiatan pembelajaran bagi seorang guru.
e).Pemahaman
Pemahaman disini dapat diartikan menguasai
sesuatu dengan pikiran. Pemahaman tidak hanya sekedar tahu, tetapi juga
menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah
dipahami. Namun pada kenyataannya di sekolah, ketika mereka para siswa akan
ujian pada esok paginya, mereka melakukan belajar dimalam hari menjelang akan
ujian. Kegiatan belajar yang demikian cenderung hanya sekedar mengetahui
sesuatu bahan yang dituangkan di dalam kertas ujian tersebut.
f).Ulangan atau Pengulangan
Sifat dasar manusia adalah lupa. Begitu
juga dengan siswa, lupa dengan pembelajaran yang telah mereka pelajari
merupakan suatu hal yang biasa. Untuk itu perlu dilakukannya pengulangan agar
siswa dalam mengingat kembali kegiatan yang telah mereka pelajari. Penting bagi
guru untuk mengulang suatu pembelajaran agar peserta didik tidak mudah lupa
dengan pembelajaran tersebut.
Dari ke enam faktor psikologis
dalam belajar menurut Thomas F. Staton, bisa dikatakan tugas seorang guru
dalam mendidik anak didik sangatlah berat, guru perlu memahami faktor
spikologis belajar, dan masih banyak lagi faktor-faktor dalam proses belajar.
2.5. Pengertian Mengajar
Kata “teach” atau mengajar berasal dari
bahasa inggris kuno, yaitu tarcan. Kata ini berasal dari bahasa jerman kuno
(Old Teutenic) teikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti
memperlihatkan. Kata tersebut ditemukan juga dalam bahasa sanskerta, dic yang
dalam bahasa jerman kuno dikenal dengan drik. Istilah mengajar (teach) juga
berhubungan dengan token yang berarti tanda atau simbol. Kata token juga
berasal dari bahasa jerman kuno, taiknom yaitu pengetahuan dari taikjan, dalam
bahasa inggris kuno taecan berarti to teach (mengajar). Dengan demikian token
dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To teach (mengajar) dilihat
dari asal.
2.6. Perbedaan Mendidik dan Mengajar
Pendidikan bukanlah persiapan untuk
menghadapi kehidupan, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri -John Dewey-
(Desmond Kwande/Agence France-Presse). Bagi saya, ini adalah pertanyaan
mendasar yang tidak bisa dijawab secara spontanitas. Ini karena saya tidak mau
seperti kebanyakan orang yang terjebak pada definisi yang sama bahwa pendidikan
dan pengajaran adalah sama saja. Bagi saya tidak, keduanya memiliki pengertian
mendasar yang berbeda, serta kajian-kajian referensi yang mendalam untuk
mengetahui lebih dalam tentang perbedaan antara mendidik dan mengajar.
Pendidikan merupakan bagian penting dari
kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan
juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar
berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan
yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan
manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik
anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan
mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Menurut Paulo Freire, pendidikan adalah
proses memanusiakan manusia, sedangkan John Dewey mengatakan bahwa pendidikan
adalah proses yang dilakukan agar ada perubahan dalam masyarakat. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses transfer dan pencarian
nilai yang terjadi dilevel individu maupun masyarakat yang mengarah kepada
perubahan kondisi kearah yang lebih baik. Maka
sejatinya pendidikan adalah juga proses pembebasan manusia, karena telah begitu
banyak penindasan terjadi diantara manusia.
Terdapat perbedaan mendasar antara mendidik
dan mengajar, beberapa orang mungkin terjebak antara definisi mendidik dengan
mengajar. Padahal, terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya. Mengajar
merupakan kegiatan teknis keseharian seorang guru. Semua persiapan guru untuk
mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan
perilaku yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah
pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan
antara mendidik dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan
mengajar yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat menggunakan
proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
mencapai tujuan pendidikan
Mendidik lebih bersifat kegiatan
berkerangka jangka menengah atau jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat
dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan
integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan
perkembangan tingkat penalaran peserta didik.
Mengajar yang diikuti oleh kegiatan
belajar-mengajar secara bersinergi sehingga materi yang disampaikan dapat
meningkatkan wawasan keilmuwan, tumbuhnya keterampilan dan menghasilkan peru
bahan sikap mental/kepribadian, sesuai dengan nilai-nilai absolute dan
nilai-nilai nisbi yang berlaku di lingkungan masyarakat dan bangsa bagi anak
didik adalah kegiatan mendidik. Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap
mental/kepribadian bagi anak didik , sedang mengajar bobotnya adalah penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua
manusia pada semua usia. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak
pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala
tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik.
Tidak setiap guru mampu mendidik walaupun
ia pandai mengajar, untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi
dan keterampilan mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan
norma-norma dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu
menghubungkan materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang
harus tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.
Jadi, jika hasil pengajaran dapat dilihat
dalam waktu singkat atau paling lama tiga tahun, keluaran pendidikan tidak
dapat dilihat sebagai satu hasil yang segmentatif. Hasil pendidikan tercermin
dalam sikap, sifat, perilaku, tindakan, gaya menalar, gaya merespons, dan corak
pengambilan keputusan peserta didik atas suatu perkara.
Pedagogy dan Andragogy
Penting juga mengetahui tentang Pedagogy
dan Andragogy, ini adalah dua model pendekatan pendidikan menurut Paulo Freire.
Pedagogy adalah metode pendekatan yang menempatkan objek pendidikannya sebagai
’anak-anak’ meskipun usia bioogisnya sudah termasuk ’dewasa’. Konsekuensinya
adalah menempatkan peserta didik sebagai ’murid’ yang pasif, yang sepenuhnya
menjadi objek suatu proses belajar, seperti ’guru menggurui, guru mengevaluasi,
murid dievaluasi. Sebaliknya Andragogy atau pendidikan ’orang dewasa’ adalah
metode pendekatan yang menempatkan peserta didik sebagai orang dewasa, murid
sebagai subjek dari sistem pendidikan yang aktif. Fungsi guru adalah sebagai
’fasilitator’ bukan menggurui, dan relasi antara guru-murid bersifat
’multicommunication’ dan seterusnya.
Pendidikan juga seharusnya tidak berada
jauh dengan realitas, yaitu pendidikan yang dekat dengan kondisi real
masyarakat, karena pendidikan bertujuan untuk transformasi/perubahan dalam
masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Pendidikan seharusnya membangun
kesadaran kritis, dan mampu menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan
subversi terhadap sistem yang dominan. Sehingga pandangan pendidikan seperti itu
akan melahirkan aliran pendidikan yang disebut pendidikan kritis.
Proses dalam pendidikan seharusnya dapat
menjadi proses pembebasan manusia dari penindasan. Sejarah membuktikan telah
begitu banyak proses penindasan terjadi terhadap manusia, bahkan hingga saat
ini. Karena baik si penindas, maupun yang tertindas, sama-sama mengalami proses
dehumanisasi (kehilangan kemanusiannya) karena menyalahi kodrat manusia itu
sendiri. Sejatinya manusia harus dipandang dan diperlakukan sebagai seorang
manusia yang memiliki hak dan kewajiban serta sama harkat dan martabatnya
dengan manusia lain. Pendidikan pun seharusnya tidak menempatkan guru/pengajar
sebagai subjek dan murid/peserta belajar sebagai objek, namun, menempatkan
guru/pengajar sebagai subjek (dalam hal ini fasilitator) dan murid/perserta
belajar sebagai subjek pula. Sehingga pendidikan kritis pun dapat terwujud dan
menghasilkan manusia yang kritis dan mampu membawa perubahan dalam masyarakat
ke arah yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai deriku:
Belajar adalah proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku
mental karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Tujuan belajar dan pembelajaran
mencakup tujuan intruksional, tujuan pembelajaran, dan tujuan belajar
3.2. Saran
Sehubungan
dengan hasil penulisan makalah ini, penulis menyarankan kepada para pembaca
agar diadakan pengkajian lanjutan yang berjudul sama dengan makalah ini, agar
ditemukan pengertian dari hakekat belajar dan pembelajaran yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Boerce,
D. C. (2009). Metode pembelajaran dan pengajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/makna-belajar-457398.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/28/perbedaan-mendidik-dan-mengajar-343444.html
Mpd,
D. w. (2007). Strategi pembelajaran berorientasi proses pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Mudjiono,
D. D. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi mahakarya.
Mina Emylia Olfah
BalasHapusA1B110004
Pada faktor-faktor psikologis dalam belajar terdapat motivasi sebagai salah satu faktornya, yang ingin saya tanyakan motivasi seperti apa yang bagus untuk diterapkan seorang guru kepada siswanya agar mereka mau belajar dengan sungguh-sungguh bukan hanya satu atau dua hari saja mereka termotivasi tetapi motivasi yang berkelanjutan agar tercipta anak didik yang bukan hanya pintar tetapi juga cerdas dan kreatif.
Terima Kasih ^_^
terima kasih kepada saudari mina yang sudah bersedia membaca makalah kami :).
Hapusmenurut kami motivasi yang bagus adalah :
Agar siswa mencintai pelajarannya, guru harus memberikan motivasi pada siswa sehingga mereka menganggap mudah materi yang diberikan. Bukan malah membuat mereka menganggap pelajaran tersebut susah. Motivasi ini dapat diberikan oleh guru sebelum memulai pelajaran atau sebelum memasuki materi inti yang akan diberikan. Misalnya pada pelajaran matematika. Ketika awal guru memberikan materi, sebaiknya jangan langsung menyodorkan seabrek konsep serta rumus pada siswa. Sebaiknya guru menjelaskan terlebih dulu mengapa siswa harus mempelajari materi tersebut, kemudian memberikan dasar-dasar teori dan memberi kunci bagaimana menemukan rumus. Dengan begitu siswa juga akan lebih mudah mengingat rumus. selain itu kita juga bisa memotivasi siswa dengan memberikan 'reward' atas pekerjaannya. Misalnya, siswa yang berhasil memperoleh nilai tertinggi di kelas diberi hadiah dan siswa yang nilainya tidak tuntas diberi remidi. :)
semoga jawaban kami bisa dipahami .hee
A. FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)
HapusSaya akan menanggapi pertanyaan dari saudara mina, dan mungkin berbeda dengan tanggapan dari kelompok pemakalah atau yang lainnya.
Semua yang bertujuan memotivasi siswa itu bagus. Motivasi apapun yang diberikan kepada siswa pastinya akan memicu semangat akan belajar.
Kalau soal memilih menerapkan motivasi apa yang bagus untuk siswanya itu banyak. Ada motivasi guru terhadap siswanya dengan cara memberikan sugesti atau keyakinan atau kemantapan hati untuk memulai pembelajaran. Ada juga memberikan sebuah pencerahan lewat ceramah yang dapat meyakinkan siswanya untuk semangat belajar. Dan itupun tergantung bagaimana cara memperlakukan dan mengakrabkan siswanya. Juga pembawaan suasana hati siswa perlu diperhatikan, bisa saja siswa masih terbawa suasana yang tidak kondusif seperti kecapean, pusing, dan hal-hal lainnya. Hal itu bisa diatasi dengan cara: memberikan penyegaran suasana lewat senam kecil, memberikan sebuah permainan pembelajaran unik yang dapat memicu siswa untuk belajar, dan pastinya mintalah pendapat dari siswa, baik itu tertulis maupun penyampaian lisan.
Jadi motivasi yang saya sampaikan tersebut berdasarkan pengalaman waktu saya masih pelajar. mungkin itu tanggapan yang bisa saya sampaikan dan mungkin bisa dapat dipahami saudara.
Terima kasih
Nama: Dedy Herwin Rendy
HapusNIM : A1B110037
Boleh menambahkan jawaban? kalau boleh saya ingin menambahkan tentang macam motivasi yang bisa diberikan pendidik kepada siswa.
Menurut saya, motivasi bukan hanya berbentuk acuan atau ajakan seorang guru agar muridnya bisa berkonsentrasi menyerap apa yang diajarkan.
namun "suasana" juga merupakan salah satunya. Saya pernah merasakan dan membedakan pengajaran dengan suasana yang hening atau saya lebih suka menyebutnya dengan pembelajaran "KILLER" dengan pembelajaran yang "santai" dalam artian murid merasa nyaman dengan keadaan saat KBM berlangsung. Dan menurut saya hal yang saya sebutkan diatas juga merupakan salah satu dari motivasi siswa untuk belajar.
Nah, bagaimana menurut kalian? <--- (ini hanya intermezo, bukan pertanyaan)
Rizky Setiawan
BalasHapusNIM A1B110039
"Pemahaman tidak hanya sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami."
Maksud dari memanfaatkan di sini bagaimana ya, Kakak?
Tolong jelaskan lagi ya, Kakak!
(^_^)V
terima kasih atas pertanyaannya :)
Hapusmenurut kelompok kami, memanfaatkan disini maksudnya adalah 'menggunakan' materi atau ilmu yang didapat itu untuk diterapkan dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga dapat berguna bagi siswa itu sendiri. contohnya: disaat kita menjadi Guru materi yang kita jelaskan terhadap murid kita pasti dari ilmu yang kita dapat sebelumnya baik sebelum kita menjadi guru atau di saat kita sudah menjadi guru.
"Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuan atau pemuasan biologis"
BalasHapusMaksud dari kata-kata itu bisa dijelaskan lah? Saya kurang paham di bagian itu? hehe makasih..
maaf sebelumnya sebenarnya itu ada salah pengetikan dari kami. pengetikan ygt benar adalah 'Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis'
Hapusmaksudnya adalah : Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hal bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus, agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasan dan perilaku seseorang. Namun, setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarmya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
Rahmi Nike Rosahin
BalasHapusA1B110035
Setelah membaca penjelasan kalian, ada sedikit pertanyaan yang ingin saya ajukan. Diantaranya ialah:
1. Kalian mengatakan bahwa hal terpenting dari belajar adalah pengalaman yang diperoleh bukannya nilai dari belajar tersebut. Bisakah kalian memberikan contoh konkret dari hal terpenting tersebut!
2. Paul Freire menyebutkan 2 model pendekatan yaitu pedagogy dan andragogy. Menurut kalian dari kedua model tersebut, manakah model yang paling tepat diterapkan seorang guru? Serta berikan alasannya!
TERIMA KASIH... :)
terima kasih untuk pertanyannya
Hapusuntuk pertanyaan yg pertama.
contoh konkretnya adalah mata kuliah keterampilan meulis pada semester 3 yg lalu. kita diberi tugas untuk melakukan penelitian disekolah sekolah. selain itu kita juga tidak hanya mendapat nilai tapi kita jg mendapatkan pengalaman yg sangt berharga. karena kita mendapatkan pengalamn mengajar dlm kelas walaupun dngn waktu yg dibatasi. nah itu sdh merupakan contoh pengalaman yg sangat konkret yg kita alami sendiri disaat semester 3 :)
pertanyaan yg ke 2,
model yg paling tepat menurut kami adalah model pendekatan andragogy, karena model ini menggunakan metode siswa yg aktif dlm proses pembelajarn sedangkan guru hanya sebagai fassilotator saja. :)
Lia Rizky Amalia
BalasHapusA1B110014
Pada BAB I bagian rumusan masalah, tujuan dan manfaat dalam makalah yang disajikan oleh kelompok, yaitu masing-masing pada poin keempat menyebutkan tentang peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi setelah saya membaca isi dari makalah kelompok, saya tidak menemukan materi atau penjelasan yang berhubungan dengan peran seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Bagaimana menurut kelompok, apakah ada penjelasan tentang peran guru dalam kegiatan pembelajaran atau tidak ada. jika ada mohon kelompok bersedia menjelaskannya.
pertama kami mengucaapkan terima kasih kepada saudari lia yg sangat peka dalam menganalisis postingan makalah kami :), sebenarnya untuk BAB 1 rumusan masalah,tujuan dan manfaat yg telah kami sajikan terdapat kesalhan penulisan karena sebenarnya yg kami bahas dalam makalah ini hanya Konsep Belajar Mengajar saja tidak membahas mengenai peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran. terima kasih ;)
HapusSyifa Aulia
BalasHapusA1B110041
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidik dan peserta didiknya. Lantas, bagaimana menurut kalian jika adanya keterbatasan waktu dalam proses belajar mengajar, bagaimana cara kita sebagai "calon pendidik" untuk mengajar yang efektif dalam waktu pembelajaran yang tersedia terbatas sedangkan materi ajarnya banyak? Terima kasih. .
Dengan cara memberikan tugas untuk di rumah, atau seorang guru tersebut memberikan pelajaran tambahan di luar jam sekolah. Misalnya memberikan les tambahan.
HapusMuklis Dwi Putra
BalasHapusNIM A1B110038
Kelompok 3
Saya mau bertanya,
“Pendidikan seharusnya membangun kesadaran kritis, dan mampu menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan subversi terhadap sistem yang dominan.”
Berdasarkan kalimat diatas, apa yang dimaksud dengan resistensi dan subversi?
“Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.”
Apa maksud dari kalimat diatas? Mohon penjelasannya kawan-kawan!
^_^
A FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)
HapusMenanggapi pertanyaan dari saudara Muklis...
Resistensi diambil dari serapan bahasa inggris "Resistance" yang berarti "Ketahanan" atau "Kekebalan". Dan Subversi itu maksudnya gerakan dalam usaha atau rencana menjatuhkan kekuasaan yang sah diluar hukum undang-undang.
Jadi, kalau subversi dalam pendidikan mungkin bisa diartikan sebagai gerakan dalam mengusahakan pendidikan itu.
Menanggapi pertanyaan kedua. Maksudnya itu masih berupa asumsi lain atau dugaan lain yang dianggap benar. Jadi, kemungkinan teori ini tidak mengutamakan proses yang dimaksudkan tersebut. Dan yang pasti, teori sibernetik lebih mengutamakan belajar sebagai mengolah informasi.
mungkin itu yang saya bisa ditanggapi. Selebihnya kepada kelompok pemakalah dan kawan-kawan yang bisa memberikan tanggapan yang pasti.
terima kasih
terima kasih kepada saudara fajar yg sdh membantu menjawb pertanyaan dari mukhlis. kami dari kelompok tdk membrikan tanggapan lagi karena tnggpan dari saudara fajar sdh sngt lengkap, kami dri kelompok hanya memberikan kesimpulan saja dari tnggapan fajar yaitu semua teori itu benar hanya saja bagaimana cara kita menerapkannya dlm proses dan konsep belajar dan cara mengajar kita :)
HapusLisa Wulandari (A1B110036)
BalasHapusjika melihat makalah ini secara keseluruhan, ada beberapa keganjalan.
Pertama, pda rumusan tujuan. Di akhir kalimat menggunakan tanda tanya. Setahu saya tanda tanya hanya digunakan dirumusan masalah..
Kedua, antara rumusan masalah dengan pembahasan makalah ini, tidak memiliki keterkaitan scara langsung.. Seharusnya yg ada di pembahasan mengacu pada rumusan mslah yg ada..
Tujuan belajar dan kedudukannya dalam proses belajar mengajar, bolehkah sya meminta kalian memberikan penjelasan secara mudah mengenai dua hal tersebut?
Trmksih..
terima kasih kepada saudari lisa yg sdh berkenan mengamati makalah yg ada di blog kami.
Hapusmhn maaf sblumnya mengenai penggunaaan tanda tanya pada rumusan tujuan itu merupakan kesalahan penulisan dari kelompok kami,
jwbn untuk pertanyaan yg kedua, mengenai rumusan masalah dngn pmbhsan masalah memiliki keterkaitan langsung karena isi dari pembahasan tersebut sesuai dengan rumusan mslh yg kmi buat. hanya saja di rumusan masalah kami terdapat keslahan penulisan pada no 4, yaitu peran guru dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan untk rmusan mslh dri no 1 dn no 3 sling berkaitan dngn isi pembahasn yg kami tulis.
mengenai penjelasan tujuan belajar dn kedudukannya dlm proses belajar mengajar, menurut kami kedudukannya sama penting karena tujuan adalah pedoman yg memberi arah ke mana proses belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen komponen yg lainnya tidak digunakan. jadi tujuan dan proses belajar mengajar saling berkesinambungan untuk mencapai tujuan yg diharapkan :)
hairunnisa fitriani (a1b110026)
BalasHapus"bagi seorang behavioris, belajar pada dasarnya adalah menghubungkan sebuah respons tertentu pada sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan"
kawan2 tolong berikan penjelasan pada kalimat diatas?
trmksh
terima kasih untuk pertanyannya
Hapusmenurut penjelasan kami ...
pengertian belajar menurut pandangan teori behavioris , menghubungkan apa yg dihailkan siswa terhadap apa yg diberiakn guru. karena menurut terori ini yg lebih penting adalah apa yg diberikan guru (stimulis) dan apa yg dihasilkan siswa (respons) teori ini uga mengutamakn pengukuran , sebab pengukuran merupakan suatu hal yg penting untuk melihat terjadi tidaknya perbahan tingkah laku tersebut.
Andreow Kony
BalasHapusA1B110033
Setelah membaca materi sacara keseluruhan, konsep belajar mengajar ini pada akhirnya mengacu pada konsep pembelajaran yang inovatif.
seperti yang dipaparkan pada materi diatas, konsep belajar mengajar yang tepat akan membuat seorang guru dikatakan kompeten, tentunya juga harus menguasai teori-teori belajar yang kreatif, inovatif, dan Fleksibel.
itu saja komentar dari saya, terima kasih :v
Baik, terima kasih atas tanggapan dan komentarnya terhadap makalah kami :)
HapusNama:Rusmaliana
BalasHapusNIM: A1B110028
Menurut Thomas F. Station, faktor psikologis dalam belajar itu ada enam,yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan ulangan atau pengulangan.
yang ingin saya tanyakan, bagaimana peran seorang guru membuat siswa berkonsentrasi dan bereaksi? berikan contohnya!
Terima kasih atas pertanyaanya.
Hapussebelumnya kami tidak membahas mengenai peran seorang guru dalam makalah ini tp kami akan tetap mencoba menjawab pertanyan dari saudari rusma.
peran seorang guru membuat berkonsentrasi dn bereaksi adalah tergantung metode pembelajaran yg yg digunakan oleh guru tersebut.Karena siswa cenderung tertarik jika metode yg diberikan guru itu menarik.
NAMA: MULIANI RAHMAH
BalasHapusNIM: A1B110048
Sifat dasar manusia adalah lupa. Begitu juga dengan siswa, lupa dengan pembelajaran yang telah mereka pelajari.
Menurut kalian bagaimana cara guru dalam melakukan pengulangan yang efektif agar siswa tidak mudah lupa dengan pelajaran mereka?
terima kasih atas pertanyaannya, menurut kelompok kami cara guru dalam melakukan pengulangan yang efektif terhadap siswa ialah dengan cara diberikan tugas, tugas tersebut ialah materi yg sdh disampaikan sblumnya. hal tersebut dilakukan agar siswa diharapkan dapat mempelajari kembali pelajaran yg sdh diberikan.
HapusA FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)
BalasHapus"Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis"
Pertanyaan dari saya: seperti apa wujud instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis itu?
Mohon pencerahan jawaban dari kawan-kawan..
Terima Kasih
Maulida Astuti
BalasHapusNim A1B110023
Pada tujuan belajar, kalian mengatakan seorang ahli pendidikan lebih mengutamakan metode serta kondisi yang mempertinggi efesiensi belajar. Yang ingin saya tanyakan, menurut kalian metode dan kondisi yang bagaimana yang akan mempertinggi efesiensi belajar?
terima kasih :D
terma ksih atas pertannyaannya, menurut kami metode yg akan mempertinggi efesiensi belajar adalah metode andragogy karena metode tersebut mengharuskan peserta yg aktif dn guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan untuk kondisi menurut saya tergantung bagaimana cara kita sebagai guru agar membuat proses pembelajaran tersebut menjadi menyenngkan :)
HapusM. Maulana Fajarianto
BalasHapusA1B110015
Bagi seorang penganut teori Gestalt, hakekat belajar adalah penemuan hubungan unsur-unsur di dalam ikatan keseluruhan.
dari teori tersebut, bisakah kawan-kawan menjelaskan sedikit maksud dari teori tersebut.
terima kasih atas pertanyaannya, menurut kelompok kami maksud dari teori tersebut ialah suatu ilmu yg sling berkaitn satu sm lain dlm proses pembelajaran.
HapusNama: Ahyan Puja Rahmani
BalasHapusNIM: A1B110021
Pada bagian “a. pengertian belajar menurut Teori Behavioristik” paragraf ketiga terdapat pernyataan:
Ia (Walson) tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting.
Menurut kelompok, adakah ciri bahwa seorang siswa telah mengalami perubahan mental?
terima ksih atas pertanyannya menurut kami ciri bahwa seorang siswa telah mengalami perubahan mental yaitu sikap dia ketika menerima pelajarn, sikap dia yg mulai tidak memperhatikan pelajaran dan sikap yg lainnya didlm kelas ketika dia mulai menolak secara halus mengenai proses pembelajarn merupakan ciri dari perubahan mental ..
HapusAgus Dina Wati
BalasHapusA1B110053
Saya mau bertanya:
Pada penjelasan "Menurut Thomdike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thomdike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit atau tidak kongkrit." Yang masing saya belum mengerti, bagaimana wujud kongkrit atau tidak kongkrit tersebut?
terima kasih untuk pertanyannya
Hapusmenurut penjelasan kami..
berwujud kongrit itu wujud yang bisa di amati, contohnya : perilaku siswa di dalam kelas, kita dapat mengamatinya dari tingkah lakunya dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
berwujud tidak kongrit itu tidak bisa di amati, contohnya : perilaku siswa di luar sekolah,
untuk postingan pertannyaan, tanggapan kami tutup.
BalasHapusterimakasih :)